A. Pengertian “Sejarah”
Kata “sejarah” berasal dari bahasa Arab “sajaratun”
yang berarti pohon. Hal itu karena pada awalnya kata sejarah digunakan untuk
menyebut ilmu yang mempelajari asal usul keturunan (genealogi) seseorang.
Akan tetapi ketika obyek perhatiannya berkembang menjadi asal usul sebuah
peristiwa, maka ilmu sejarah berubah menjadi ilmu yang mempelajari asal usul
peristiwa yang pernah terjadi.
Definisi sejarah sebagai peristiwa yang pernah terjadi
dianggap terlalu luas, karena:
1.
Dipandang dari jumlahnya, di dunia ini setiap hari terjadi milyardan
peristiwa.
2.
Dipandang dari waktunya, pernah terjadi dapat dimaknai dari satu detik yang
lalu sampai berjuta tahun yang lalu.
Beranjak dari kenyataan tersebut, dapat diambil
pemahaman bahwa obyek perhatian yang dikaji ilmu sejarah akan sangat luas,
baik dari sudut waktu maupun peristiwanya. Oleh karena itu, kemudian
dimunculkan pembatasan bahwa tidak semua peristiwa akan diperhatikan dan
dikaji oleh sejarah.
Sejarah secara sempit adalah
sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan
keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa
(kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab
dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.
Sejarah sangat penting dalam
kehidupan suatu bangsa karena:
- Sejarah merupakan gambaran
kehidupan masyarakat di masa lampau.
- Dengan sejarah kita dapat
lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau.
- Peristiwa yang terjadi di
masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang.
- Dengan sejarah kita tidak
sekedar mengingat data-data dan fakta-fakta yang ada tetapi lebih
memaknainya dengan mengetahui mengapa peristiwa tersebut terjadi.
A.
Pengertian sejarah
Secara etimologi atau asal katanya
Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Diantaranya adalah:
- Kata dalam bahasa Arab yaitu
syajaratun artinya pohon. Mereka mengenal juga kata syajarah annasab,
artinya pohon silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan
atau asal usul keluarga raja/dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen
utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab
pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke
tingkat yang lebih kompleks/maju. Sejarah seperti pohon yang terus
berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
- Dalam bahasa Jerman, yaitu
Geschichteberarti sesuatu yang telah terjadi.
- Dalam bahasa Belanda yaitu
Geschiedenis, yang berarti terjadi.
- Dalam bahasa Inggris yaitu
History, artinya masa lampau umat manusia.
- Kata History sebenarnya
diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya
informasi/pencarian, dapat pula diartikan Ilmu.
Hal ini menunjukkan bahwa
pengkajian sejarah sepenuhnya bergantung kepada penyelidikan terhadap
perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi. Istor dalam bahasa Yunani
artinya orang pandai Istoria artinya ilmu yang khusus untuk menelaah
gejala-gejala dalam urutan kronologis.
Berdasarkan asal kata tersebut
maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu
lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan
manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
- Berdasarkan bahasa Indonesia,
sejarah mengandung 3 pengertian:
- Sejarah adalah silsilah atau
asal-usul.
- Sejarah adalah kejadian atau
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
- Sejarah adalah ilmu,
pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang
benar-benar terjadi di masa lampau.
Jadi pengertian sejarah adalah
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang
telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
B.
Konsep Dasar Sejarah
Sejarah mempunyai sifat yang khas
dibanding ilmu yang lain,yaitu:
- Adanya masa lalu yang
berdasarkan urutan waktu atau kronologis.
- Peristiwa sejarah
menyangkut tiga dimensi waktu yaitu masa lampau, masa kini, dan masa
yang akan datang
- Ada hubungan sebab akibat
atau kausalitas dari peristiwa tersebut
- Kebenaran dari peristiwa
sejarah bersifat sementara (merupakan hipotesis) yang akan gugur apabila
ditemukan data pembuktian yang baru.
Sejarah merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses
perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang
terjadi di masa lampau.
Masa lampau itu sendiri merupakan
sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu
masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu bersifat terbuka dan
berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi
masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja sebab sejarah itu
berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi
kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik di masa mendatang. Sehingga, sejarah dapat digunakan sebagai modal
bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan
datang.
Masa Lampau merupakan masa yang
telah dilewati oleh masyarakat suatu bangsa dan masa lampau itu selalu
terkait dengan konsep-konsep dasar berupa waktu, ruang, manusia, perubahan,
dan kesinambungan atau when, where, who, what, why, dan how.
Kejadian yang menyangkut kehidupan
manusia merupakan unsur penting dalam sejarah yang menempati rentang waktu.
Waktu akan memberikan makna dalam kehidupan dunia yang sedang dijalani
sehingga selama hidup manusia tidak dapat lepas dari waktu karena perjalanan
hidup manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri. Perkembangan sejarah
manusia akan mempengaruhi perkembangan masyarakat masa kini dan masa yang
akan datang.
C.
Sejarah dari berbagai sudut pandang
Sejarah dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, yaitu :
- Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah merupakan peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa
yang sebenarnya telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat
sebagaimana/ seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah
sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali
terjadi serta tidak bisa diulang.
Ciri utama dari Sejarah sebagai
peristiwa adalah sebagai berikut.
Karena peristiwa tersebut tidak
berubah-ubah. Sebuah peristiwa yang sudah terjadi dan tidak akan berubah
ataupun diubah. Oleh karena itulah maka peristiwa tersebut atas tetap
dikenang sepanjang masa.
Karena peristiwa itu hanya terjadi
satu kali. Peristiwa tersebut tidak dapat diulang jika ingin diulang tidak
akan sama persis.
Karena peristiwa yang terjadi
tersebut mempunyai arti bagi seseorang bahkan dapat pula menentukan kehidupan
orang banyak.
Tidak semua peristiwa dapat
dikatakan sebagai sejarah. Sebuah kenyataan sejarah dapat diketahui melalui
bukti-bukti sejarah yang dapat menjadi saksi terhadap peristiwa yang telah
terjadi. Agar sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah maka harus
memenuhi ciri-ciri berikut ini.
- Peristiwa tersebut
berhubungan dengan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
kelompok.
- Memperhatikan dimensi ruang
dan waktu (kapan dan dimana)
- Peristiwa tersebut dapat dikaitkan
dengan peristiwa yang lain
Contoh: peristiwa ekonomi yang
terjadi bisa disebabkan oleh aspek politik, sosial dan budaya.
- Adanya hubungan sebab-akibat
dari peristiwa tersebut.
Adanya hubungan sebab akibat baik
karena faktor dari dalam maupun dari luar peristiwa tersebut. Penyebab adalah
hal yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.
- Peristiwa sejarah yang
terjadi merupakan sebuah perubahan dalam kehidupan.
Hal ini disebabkan karena sejarah
pada hakekatnya adalah sebuah perubahan dalam kehidupan manusia. Selain itu,
sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Perubahan tersebut
dapat meliputi berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, dan
budaya.
Peristiwa adalah kenyataan yang
bersifat absolut atau mutlak dan objektif. Sejarah sebagai peristiwa
merupakan suatu kenyataan yang objektif artinya kenyataan yang benar-benar
ada dan terjadi dalam kehidupan masyarakat manusia. Kenyataan ini dapat
dilihat dari fakta-fakta sejarahnya. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut
dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia seperti peristiwa
politik, ekonomi, dan sosial.
- Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah merupakan
rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh
seseorang. Sejarah sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan.
- Bentuk lisan, Contoh
penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh seorang maupun kelompok
tentang peristiwa yang telah terjadi.
- Bentuk tulisan, dapat berupa
kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah.
Sejarah sebagai kisah sifatnya
akan subjektif karena tergantung pada interpretasi atau penafsiran yang
dilakukan oleh penulis sejarah. Subjektivitas terjadi lebih banyak
diakibatkan oleh faktor-faktor kepribadian si penulis atau penutur cerita.
Sejarah sebagai kisah dapat berupa
narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap
kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah
dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah
sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari
sumber sejarah. Tetapi tidak semua fakta sejarah dapat diangkat dan
dikisahkan hanya peristiwa penting yang dapat dikisahkan.
Faktor yang harus diperhatikan dan
mempengaruhi dalam melihat sejarah sebagai kisah, adalah sebagai berikut.
- Kepentingan yang
diperjuangkannya
Faktor kepentingan dapat terlihat
dalam cara seseorang menuliskan dan menceritakan kisah/peristiwa sejarah.
Kepentingan tersebut dapat berupa kepentingan pribadi maupun kepentingan
kelompok. Contoh: Seorang pencerita biasanya akan lebih menonjolkan
perannya sendiri dalam suatu peristiwa. Misalnya, seorang pejuang akan
menceritakan kehebatanya dalam menghadapai penjajah.
- Kelompok sosial dimana dia
berada
Dalam hal ini adalah lingkungan
tempat ia bergaul, berhubungan dengan sesama pekerjaannya atau statusnya.
Darimana asal pencerita sejarah tersebut juga mempengaruhi cara penulisan
sejarah. Contoh: Seorang sejarawan akan menulis sejarah dengan
menggunakan kaidah akademik ilmu sejarah sedang seorang wartawan akan menulis
sejarah dengan bahasa wartawan.
- Perbendaharaan pengetahuan
yang dimilikinya
Pengetahuan dan latar belakang
kemampuan ilmu yang dimiliki pencerita sejarah juga mempengaruhi kisah
sejarah yang disampaikan. Hal tersebut dapat terlihat dari kelengkapan kisah
yang akan disampaikan, gaya penyampaian, dan interpretasinya atas peristiwa
sejarah yang akan dikisahkannya.
- Kemampuan bahasa yang
dimilikinya
Pengaruh kemampuan bahasa seorang
penutur/pencerita sejarah sebagai kisah terlihat dari hasil rekonstruksi
penuturan kisah sejarah. Hal ini akan sangat bergantung pada kemampuan bahasa
si penutur kisah sejarah.
- Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah merupakan ilmu yang
mempelajari masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu
pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang
dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa
lampau yang dipermasalahkan.
Sejarawan harus menulis apa yang
sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif. Sejarah melihat
manusia tertentu yang mempunyai tempat dan waktu tertentu serta terlibat
dalam kejadian tertentu sejarah tidak hanya melihat manusia dalam gambaran
dan angan-angan saja.
Sejarah sebagai ilmu memiliki
objek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap
berupaya menjaga objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya
menghilangkan subjektifitas.
Menurut Kuntowijoyo, ciri-ciri
atau karakteristik sejarah sebagai ilmu adalah sebagai berikut.
- a. Bersifat Empiris: Empiris berasal dari kata
Yunani emperia artinya pengalaman, percobaan, penemuan, pengamatan yang
dilakukan. Bersifat empiris sebab sejarah melakukan kajian pada
peristiwa yang sungguh terjadi di masa lampau. Sejarah akan sangat
tergantung pada pengalaman dan aktivitas nyata manusia yang direkam
dalam dokumen. Untuk selanjutnya dokumen tersebut diteliti oleh para
sejarawan untuk menemukan fakta yang akan diinterpretasi/ditafsirkan
menjadi tulisan sejarah. Sejarah hanya meninggalkan jejak berupa
dokumen.
- b. Memiliki Objek: Objek sejarah yaitu perubahan
atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau).
Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu dalam hal ini adalah
waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi pembahasan
utama dalam kajian sejarah.
- c. Memiliki Teori: Teori merupakan pendapat yang
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Teori dalam
sejarah berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu.
Teori tersebut diajarkan berdasarkan keperluan peradaban. Rekonstruksi
sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab
akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas.
- d. Memiliki Metode: Metode merupakan cara yang
teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud. Setiap ilmu tentu
memiliki tujuan. Tujuan dalam ilmu sejarah adalah menjelaskan
perkembangan atau perubahan kehidupan masyarakat. Metode dalam ilmu
sejarah diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara
benar. Dalam sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran
sejarah. Sehingga seorang sejarawan harus lebih berhati-hati dalam
menarik kesimpulan jangan terlalu berani tetapi sewajarnya saja.
- e. Mempunyai Generalisasi: Studi dari suatu ilmu selalu
ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut menjadi kesimpulan umum
atau generalisasi. Jadi generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum
dari pengamatan dan pemahaman penulis.
Ilmu pengetahuan sosial sifatnya
selalu berubah dan mudah terjadi sebab kondisi setempat berubah, waktunya
berubah, dan adanya pengaruh dari luar. Manusia tetap ingin tahu yang terjadi
di masa lampau. Sejarah berbeda dengan ilmu sosial/ kemanusiaan yang lain
seperti antropologi dan sosiologi sebab :
- Sejarah membicarakan manusia
dari segi waktu yang artinya sejarah memperhatikan perkembangan,
kesinambungan, pengulangan, dan perubahan.
- Dalam meneliti objeknya,
sejarah berpegangan pada teorinya sendiri. Teori tersebut ditemukan
dalam setiap tradisi sejarah. Teori sejarah diajarkan sesuai dengan
keperluan peradaban masing-masing tradisi.
- Sejarah juga mempunyai
generalisasi, dalam menarik kesimpulan umumnya dapat juga sebagai
koreksi terhadap ilmu-ilmu lain.
- Sejarah juga mempunyai metode
sendiri yang sifatnya terbuka dan hanya tunduk pada fakta.
- Sejarah membutuhkan riset,
penulisan yang baik, penalaran yang teratur dan sistematika yang runtut,
serta konsep yang jelas.
- Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni merupakan
suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu kisah/ peristiwa
di masa lalu. Seni dibutuhkan dalam penulisan karya sejarah karena:
- Jika hanya mementingkan
data-data maka akan sangat kaku dalam berkisah.
- Tetapi jika terlalu
mementingkan aspek seni maka akan menjadi kehilangan fakta yang harus
diungkap.
- Sehingga seni dibutuhkan
untuk memperindah penuturan/ pengisahan suatu cerita.
- Seperti seni, sejarah juga
membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa.
- Seorang sejarawan sebaiknya
mampu mengkombinasikan antara pengisahan (yang mementingkan detail dan
fakta-fakta) dengan kemampuannya memanfaatkan intuisi dan imajinasinya
sehingga dapat menyajikan peristiwa yang objektif, lancar, dan mengalir.
Ciri
sejarah sebagai seni, terdapat :
Intuisi: Intuisi merupakan
kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung mengenai suatu topik
yang sedang diteliti. Dalam penelitian untuk menentukan sesuatu sejarawan
membutuhkan intuisi dan untuk mendapatkannya ia harus bekerja keras dengan
data yang ada. Seorang sejarawan harus tetap ingat akan data-datanya, harus
dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang terjadi
sesudahnya. Berbeda dengan seorang seniman jika ingin menulis mungkin ia akan
berjalan-jalan sambil menunggu ilham sebelum melanjutkan proses
kreatifnya.
Emosi: Emosi merupakan luapan
perasaan yang berkembang. Emosi diperlukan guna mewariskan nilai-nilai
tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta. Dengan melibatkan
emosi, mengajak pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa
itu.
Gaya Bahasa: Gaya bahasa merupakan
cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau
lisan. Gaya bahasa diperlukan sejarawan guna menuliskan sebuah peristiwa.
Gaya bahasa yang baik yaitu yang dapat menggambarkan detail-detail sejarah
secara lugas dan tidak berbelit-belit.
Imajinasi: Imajinasi merupakan
daya pikiran untuk membayangkan kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang (khayalan). Imajinasi diperlukan sejarawan untuk
membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, serta apa
yang akan terjadi.
D. Persamaan dan Perbedaan Sejarah dan Ilmu Alam
Persamaan
sejarah dengan ilmu alam:
Sama-sama berdasarkan pengalaman, pengamatan dan penyerapan. Sama-sama
memiliki dasar teori dan metode.
Perbedaan
sejarah dengan ilmu-ilmu alam:
Ilmu Alam: Percobaan dalam ilmu
alam dapat diulang-ulang
Ilmu Sejarah: Percobaannya tidak
dapat diulang sebab hanya sekali terjadi. Contoh: Peristiwa G30SPKI hanya
terjadi sekali dan tidak dapat diulang kembali untuk diperbaiki.
Ilmu Alam: Objek dalam ilmu alam
adalah semua makhluk hidup
Ilmu Sejarah: Objek dalam
sejarah adalah segala peristiwa dalam aktivitas manusia
Ilmu Alam: Hukum-hukum berlaku
secara tetap tanpa memandang orang, tempat, waktu, dan suasana.
Sejarah: Hukumnya sangat
bergantung pada pengalaman manusia yang telah direkam sebagai dokumen untuk
diteliti sejarawan guna menemukan fakta sejarah.
Ilmu Alam: Tujuan untuk menemukan
hukum-hukum yang bersifat umum dan Nomotheis (berupa pendapat tunggal)
Sejarah: Tujuannya untuk
menuliskan hal-hal yang bersifat khas dan bersifat ideografis (berupa banyak
pendapat yang saling berkaitan)
Ilmu Alam: Kesimpulan umum
(Generalisasi) untuk ilmu alam biasanya diakui kebenarannya dimana-mana
(semua orang)
Sejarah: Kesimpulan terlihat dari
kebenaran suatu pola/kecenderungan dari suatu peristiwa sehingga dapat
digunakan untuk memperkirakan melihat masa yang akan datang. Sehingga
kesimpulan dari sejarah tidak bisa langsung diakui oleh banyak orang, karena
akan terus diperbaharui sejauh orang mampu menemukan bukti-bukti yang ada.
Peristiwa sejarah akhirnya dibatasi pada:
1.
kehidupan manusia. Sejarah hanya akan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan manusia secara sosial. Dari sisi ini, ilmu sejarah tidak akan
membahas peristiwa alam dan kehidupan manusia sebagai individu. Sebagai contoh,
sejarah tidak akan membahas lebar dan kedalaman keretakan bumi serta
ketinggian gelombang tsunami yang terjadi di Aceh pada Desember 2004. Ilmu
Sejarah akan lebih tertarik perubahan kehidupan sosio-kultural masyarakat
Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya setelah bencana tsunami.
2.
peristiwa yang terjadi pada 50 tahun lalu atau lebih. Angka 50 tahun dianggap
batasan yang sangat baik, karena tokoh-tokoh dari peristiwa yang dikaji sudah
tidak lagi memiliki pengaruh kuat, sehingga pengkajian dapat dilakukan secara
lebih obyektif. Dari sisi ini, ilmu sejarah tidak membicarakan permasalahan
aktual yang dihadapi oleh manusia (current events). Sebagai contoh,
sejarah tidak akan membahas gerakan mahasiswa tahun 1998, karena
tokoh-tokohnya masih aktif dalam percaturan politik Indonesia, sehingga
sejarawan akan kesulitan/ beresiko dalam mengungkapkan kebenaran.
3.
peristiwa yang penting. Taufik Abdullah menyebutkan bahwa hanya hal-hal yang
bisa menerangkan sesuatu yang penting dalam kehidupan sosial yang layak
dianggap dan diperlakukan sebagai "sejarah". Kriteria penting dalam
konteks ini terutama dilihat dari sudut pengaruhnya, baik ditinjau dari
berbagai peristiwa sejaman maupun peristiwa yang terjadi pada jaman
berikutnya. Dengan kata lain, suatu peristiwa dianggap penting apabila
menjadi penyebab dari berbagai peristiwa lain.
Selain sebagai peristiwa, sejarah juga menjadi nama
dari cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa sejarah. Sebagai
ilmu, sejarah bertugas mengkaji berbagai peristiwa kemanusiaan penting yang
terjadi di masa lampau. Hasil kajian ilmu sejarah yang dilakukan oleh
sejarawan berupa narasi yang secara luas dikenal dengan istilah
historiografi. Narasi secara turun temurun berupa tulisan. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat sangat memungkinkan apabila ke depan
historiografi juga dapat berupa non teks, seperti film dokumenter.
Dari pengertian sejarah, kiranya dapat dipahami akan
adanya tiga komponen penting, yaitu:
|
0 komentar:
Posting Komentar