MODEL –MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS
Model atau desain pembelajaran keterampilan berpikir
(thinking skills) ada 2
model, yaitu :
1. Critical thinking skills atau keterampilan
berpikir kritis
Menurut
Johnson (1991), merumuskan istilah berpikir kritis (critical thinking) secara
etimologi menyatakan bahwa kata “critic” dan “critical” berasal dari “krenein” yang
berarti menaksir nilai sesuatu. Ia menjelaskan bahwa kritik adalah perbuatan
seorang yang mempertimbangkan, menghargai dan menaksir nilai sesuatu hal. Tugas
seorang berpikir kritis adalah menerapkan norma dan standar yang tepat terhadap
sesuatu hasil. The Group of Five (Etnis
1989; Lipman 1988; Siegel 1988; Paul 1989; McPeck 1981), menyimpulkan bahwa ada
tiga persetujuan subtansi dari kemampuan berpikir kritik yaitu Berpikir kritis
memerlukan sejumlah kemampuan kognitif, berpikir kritis memerlukan sejumlah
informasi dan pengetahuan, berpikir kritis mencakup dimensi afektif yang
semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-beda. Sedangkan berpikir
kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi
pelaksanaan atau praktek dari suatu pemikiran dan nilai tersebut. Selain itu,
berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat
yang diketahui. Menurut Lipman (1988), layaknya pertimbangan-pertimbangan ini
hendaknya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Creative thinking atau ketrampilan berpikir
kreatif.
Menurut Savage and
Amstrong (1996), syarat untuk memasuki sikap berpikir kritis adalah sikap siswa
memunculkan ide-ide atau pemikiran baru; siswa membuat pertimbangan dan
penilaian atau taksiran berdsarkan kreteria yang dapat dipertanggung jawabkan.
Preston dan Herman (1974), inkuiri dan ketrampilan berpikir kritis tumbuh subur
di kelas III. Menurut (Wiken, 1995; Beyer, 1985; Fraenkel, 1980), pengajaran
berpikir kritis meliputi pendekatan, strategi, perencanaan, dan sikap siswa
dalam berpikir kritis. Model ini pernah dijelaskan oleh beliau pada Studi sosial
di Amerika Serikat. Ketrampilan berpikir kritis menurut Beyer ada 10, yaitu :
a) Membedakan antara
fakta dan nilai dari suatu pendapat.
b) Menentukan
reliabilitas sumber.
c) Menentukan akurasi
fakta dari suatu pertanyaan.
d) Membedakan
informasi.
e) Mendeteksi
penyimpangan.
f) Mengindentifikasi
asumsi yang tidak dinyatakan.
g) Mengindentifikasi
tuntutan dan argumentasi yang tidak jelas.
h) Mengakui perbuatan
yang keliru dan konsisten.
i) Membedakan antara
pendapat yang tidak dan dapat dipertanggung jawabkan.
j) Menentukan kekuatan
argument.Menurut Beyer strategi berpikir kritis yang cukup efektif untuk Proses
Belajar Mengajar (PBM),
ialah Strategi innduktif yang bersifat direktif. Adapun langkah-langkah yang
harus dipersiapkan guru adalah :
a) Memperkenalkan
ketrampilan ,dan kemudian siswa
b) Mencobakan
ketrampilan sebaik mungkin,
c) Menggambarkan serta
mengartikulasi apa yang terjadi dalam pikiran ketika menerapkan
ketrampilan tersebut.
d) Menerapkan
pengetahuan tentang ketrampilan baru untuk diterapkan lagi, dan akhirnya;
e) Meninjau lagi apa
yang terpikir ketika ketrampilan itu diterapkan.
Menurut
Beyer strategi berpikir kritis yang ke-2 adalah strategi direktif yang artinya
memberikan kesempatan pada siswa untuk menguasai dan memahami betul komponen
ketrampilan tersebut sejak permulaan. Strategi ini digunakan bila ketrampilan
siswa agak kompleks. Dalam strategi ini memerlukan bimbingan khusus. Beyer
merumuskan ada 5 langkah dalam penerapan strategi direktif, yaitu :
a) Memperkenalkan
ketrampilan berpikir kritis.
b) Menjelaskan prosedur
dan aturan ketrampilan.
c) Menunjkan bagaimana
ketrampilan itu digunakan di kemudian hari.
d) Menerapkan
ketrampilan tersebut mengikuti langkah dan aturan yang jelas.
e) Menggambarkan
tentang apa yang terjadi dalam pikiran siswa ketika
ketrampilan itu
diterapkan.
IMPLEMENTASI
MODEL-MODEL PEMBELJARAN KONSEP DASAR IPS
Kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah baik masalah pribadi maupun masalah sosial
sangat diperlukan karena pada hakekatnya siswa hidup ditengah lingkungan
masyarakat yang penuh dengan benih-benih munculnya masalah. Hal ini sejalan
dengan tujuan pendidikan untuk mendewasakan siswa, maka salah satu indikator
dewasa adalah kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat. Model
pembelajaran “problem solving” pemecahan masalah merupakan alternative model
pembeljaran dalam IPS.
1. Model pembelajaran
“problem solving”.
Ada 4 tahapan proses
pemecahan masalah menurut Savage dan Armstrong, yaitu :
a. Mengenal adanya
masalah.
b. Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan
untuk pemecahannya.
c. Memilih dan
menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut.
d. Mencapai solusi yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan
menurut wilkins (1990), menguraikan 6 langkah model pembelajaran “problem
solving”, yaitu :
a. Mengklarifikasikan
dan mendefinisikan masalah.
b. Mencari alternatif
solusi.
c. Menguji alternatif
solusi.
d. Memilih solusi.
e. Bertindak sesuai
dengan pilihan solusi.
f. Tindak lanjut
(follow-up).
2. Model “problem
solving” inkuiri atau model pembelajaran penemuan. Secara umum batasan yang
tegas antara tiga pendekatan/ model pembelajaran tersebut belum ada
kesepakatan. Persamaan dari ketiga model pembelajaran tersebutm adalah semua
mensyaratkan adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar melalui
proses penelitian, yaitu meneliti hubungan antar sejumlah data/ informasi untuk
tercapainya suatu solusi. Untuk mengatasi kerancuan, Welton and mallan (1988)
mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran “problem solving” agak berbeda
bila diterapkanpada mata pelajaran yang berbeda.
MODEL DESAIN
PEMBELAJARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Model pembelajaran
pengambilan keputusan.
Makna
konsep pengambilan keputusan (decision making) berkaitan dengankemampuan
berfikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti
yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Banks (1990),
menyatakan tujuan dasar inkuiri sosial adalah untuk menghasilkan pengetahuan
dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan teori. Savage and Armstrong (1996)
mengemukakan langkah-langkah proses pembelajaran, pengambilan keputusan sebagai
alternatif, yaitu :
a) Mengidentifikasi
persoalan dasar atau masalah.
b) Mengemukakan
jawaban-Jawaban alternatif.
c) Menggambarkan bukti
yang mendukung setiap alternatif.
d) Mengidentifikasi
nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap alternatif.
e) Menggambarkan
kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif.
f) Membuat pilihan dari
berbagai alternatif.
g) Menggambarkan bukti
dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan. Menurut
Banks ada 2 syarat untuk melaksanakan model
pembelajaran pengambilan keputusan adalah
pengetahuan sosial dan metode cara mencapai pengetahuan. Kerlinger
menyimpulkan ada 4 motode memperoleh pengetahuan, yaitu :
a) Berpegang pada apa
yang telah diketahui kebenarannya (method of tenacity).
b) Mencari informasi
untuk mempercayai (method of authority).
c) Mengetahui sesuatu
karena telah disepakati kebenarannya (a priori method).
d) Metode ilmiah
(method of science).
Menurut Banks langkah-langkah
yang dianjurkan dalam melakukan proses pengambilan keputusan secara sekuensial,
sebagai berikut :
a) Mengenal masalah
yang perlu diambil keputusan
b) Perolehan
pengetahuan melalui inkuiri ilmu sosial.
c) Mengorganisir
masalah dan pengetahuan untuk bahan pembelajaran.
d) Inkuiri nilai.
e) Pengambilan
keputusan dan tindakan untuk warga negara.
f) Menentukan urutan
tindakan.
g) Memberi kesempatan
kepada warga negara untuk bertindak dan berpartisipasi (dilingkungan
masyarakat dan sekolah).MODUL 12
0 komentar:
Posting Komentar